Negara-negara Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia

Negara-negara Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
Ilustrasi/istimewa
Bom nuklir adalah bom yang dibuat melalui reaksi nuklir, dan memiliki daya ledak sekaligus daya hancur sangat dahsyat. Sebuah bom nuklir bisa memusnahkan sebuah kota beserta seluruh isinya. Dalam sejarah, bom nuklir telah digunakan dua kali dalam perang, yaitu di masa Perang Dunia II, ketika Amerika menjatuhkan dua bom nuklir di dua kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki.

Pada masa itu, daya ledak bom nuklir yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki “cuma” 20 kilo ton TNT. Sedangkan bom nuklir yang ada sekarang memiliki daya ledak lebih dari 70 mega ton TNT. Karenanya, kita bisa membayangkan kehancuran macam apa yang akan terjadi jika bom-bom nuklir di zaman sekarang digunakan untuk tujuan perang.

Cikal bakal pembuatan bom nuklir dimulai pada tahun 1939, ketika Albert Einstein menulis surat kepada Presiden AS, Franklin D. Roosevelt, dan menyampaikan teori bahwa reaksi berantai nuklir yang tidak terkontrol memiliki potensi besar untuk dijadikan senjata pembunuh massal.

Satu tahun kemudian, pada 1940, pemerintah Amerika Serikat menyetujui pembuatan bom nuklir, dan menggelontorkan dana sebesar 6.000 dollar untuk membiayainya.

Manhattan Project, yang bertanggung jawab dalam hal pembuatan bom nuklir tersebut, akhirnya berhasil menyelesaikan proyek itu lima tahun kemudian, dengan dana yang membengkak hingga dua juta dollar. Ketika bom nuklir telah selesai dibuat, mereka sampai pada pertanyaan, “Kepada siapa bom itu akan dijatuhkan?”

Semula, target yang dituju adalah Jerman. Tetapi, waktu itu, Jerman telah menyerah dalam Perang Dunia II. Akhirnya, Jepang yang kemudian dijadikan target, yang hasilnya adalah ledakan mengerikan di Hirsohima dan Nagasaki pada 1945.

Sejak itu, beberapa negara mulai mengembangkan persenjataan nuklir. Dua negara yang sejak dulu saling berlomba dalam hal ini adalah Rusia dan Amerika. Di tahun-tahun berikutnya, beberapa negara lain juga ikut mengembangkan persenjataan nuklir.

Pada 1985, jumlah hulu ledak nuklir yang aktif di dunia berjumlah 65.000. Kemudian jumlahnya turun menjadi 20.000 pada 2002. Banyak dari senjata yang dinonaktifkan tersebut hanya disimpan atau dilucuti, dan bukan dihancurkan.

Berikut ini adalah beberapa negara yang dianggap sebagai pemilik bom nuklir terbanyak di dunia, serta negara-negara yang dicurigai memiliki senjata nuklir.

Amerika Serikat

Amerika adalah negara yang diketahui pertama kali mengembangkan senjata nuklir pada masa Perang Dunia II, akibat dibayangi ketakutan didahului oleh Nazi Jerman pimpinan Hitler. Amerika juga menjadi negara satu-satunya yang sampai saat ini pernah menggunakan bom nuklir terhadap negara lain. Pada 1945, dua bom nuklir milik Amerika dijatuhkan di dua kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki.

Dalam hal percobaan nuklir, Amerika telah melakukan 1.054 kali uji coba, dan memiliki jangkauan ledakan sejauh 13.000 kilometer. Tes nuklir pertama dilakukan pada 1945, yang juga menjadi ledakan bom nuklir pertama di dunia. Sementara uji coba nuklir yang mereka lakukan terakhir kali pada 1992.

Setelah keberhasilan penggunaan bom nuklir yang mereka jatuhkan di Jepang, Amerika pun terus mengembangkan senjata nuklir. Pada 1952, mereka berhasil mengembangkan bom hidrogen, yang lalu disempurnakan dua tahun kemudian. Di masa sekarang, Amerika memiliki 20 pusat pengembangan nuklir, dan memiliki persediaan 5.113 bom nuklir.

Rusia

Setelah Perang Dunia II usai, Rusia mulai mengembangkan persenjataan nuklir, dan melakukan uji cobanya yang pertama pada 1949. Tujuan utama pengembangan senjata nuklir Rusia adalah untuk menyeimbangkan kekuatan selama Perang Dingin dengan blok barat (Amerika).

Setelah melakukan uji coba pertamanya, Rusia kemudian melakukan uji coba yang lain pada 1953 dan 1955, melibatkan dua bom nuklir berdaya ledak tinggi. Setelah itu, mereka melakukan uji coba lain pada 1967.

“Tsar Bomba”, bom nuklir Rusia yang diuji coba pada 1967, memiliki daya ledak 100 mega ton (meski dalam percobaan jumlahnya dikurangi menjadi 50 mega ton). Itu merupakan bom nuklir terbesar yang pernah diuji coba. Sementara uji coba terakhir mereka terjadi pada 1992.

Rusia menjadi negara kedua yang meledakkan bom nuklir di dunia, setelah Amerika. Pada 1990, Rusia telah melakukan sedikitnya 715 uji coba bom nuklir, termasuk 969 uji coba peralatan nuklir. Negara itu juga pernah memiliki persediaan senjata nuklir terbanyak, yang mencapai 41.000. Namun, setelah dilucuti atau dinonaktifkan, jumlahnya tinggal 2.825.

Prancis

Prancis pertama kali mengembangkan bom nuklir pada 1958, saat negara itu di bawah pemerintahan Charles de Gaulle. Mereka melakukan uji coba nuklir pertamanya pada 1960.

Delapan tahun kemudian, pada 1968, Prancis juga diketahui mengembangkan bom hidrogen yang diuji coba pada tahun itu. Hingga saat ini, uji coba nuklir yang dilakukan Prancis telah mencapai 200 percobaan, dengan uji coba terakhir terjadi pada 1995.

Dengan persediaan nuklir yang mencapai jumlah 300, Prancis juga termasuk anggota  Nuclear Non-Proliferation Treaty, yaitu negara yang menandatangani persetujuan untuk tidak mengembangkan nuklir.

Inggris

Inggris melakukan uji coba nuklirnya yang pertama pada tahun 1952, dengan data penciptaan senjata nuklir yang sebagian besar diperoleh dari hasil kerjasama dengan Amerika, ketika sama-sama terlibat dalam Manhattan Project.

Tujuan utama pengembangan nuklir di Inggris adalah untuk melawan Rusia secara independen. Inggris juga telah melakukan uji coba bom hidrogen pada 1957, dan uji coba nuklir terakhir dilakukan pada 1991.

Inggris memiliki persediaan nuklir sejumlah 225, dan melengkapi sejumlah armada kapal mereka dengan senjata nuklir. Pada 1968, Inggris menandatangani perjanjian untuk tidak mengembangkan nuklir (Nuclear Non-Proliferation Treaty).

Selain itu, Inggris dan Amerika juga bekerjasama dengan baik di bidang keamanan nuklir, hingga sejak 1958 mengadakan persetujuan kerjasama di bidang pertahanan (Mutual Defence Agreement). Kedua negara tersebut saling bertukar informasi dan bekerjasama dalam bidang senjata nuklir.

Cina

Pada tahun 1964, Cina melakukan uji coba nuklirnya yang pertama, dan kenyataan itu sangat mengejutkan dinas intelijen di negara-negara barat. Kenyataannya, Cina mendapatkan pengetahuan nuklir dari Rusia.

Pada 1967, Cina juga diketahui melakukan uji coba bom hidrogen. Sementara uji coba nuklir terakhir dilakukan pada 1996. Negara itu sekarang diketahui memiliki persediaan nuklir hingga 240 buah, dengan yang aktif mencapai 130-180.

Dengan persediaan bom nuklir yang cukup banyak, Cina merupakan satu-satunya negara pemilik senjata nuklir yang memberikan asuransi atau jaminan kepada negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir.

Pemerintah Cina menyatakan bahwa negara mereka tidak akan menggunakan senjata nuklir untuk melawan negara lain yang tidak memiliki senjata nuklir, dan tidak akan meledakkan bom nuklir di zona bebas senjata nuklir, kapan pun dalam kondisi apa pun.

India

India melakukan uji coba nuklir pertama kali pada 1974. Tujuan utama negara itu mengembangkan senjata nuklir diperkirakan untuk melawan NATO. Pada 1998, India kembali melakukan uji coba nuklir yang berbuntut dengan sanksi ekonomi dari Amerika, Jepang, dan negara lainnya. Itu menjadi uji coba nuklir terakhir yang dilakukan India.

Saat ini, India memiliki senjata nulir yang dapat mereka ledakkan melalui pesawat udara dan kapal laut. Jumlah persediaan nuklir mereka diperkirakan antara 40-95 buah. Saat ini pula, India telah melakukan persetujuan untuk tidak mengembangkan senjata nuklir, hingga Amerika pun menyebut India sebagai “negara dengan teknologi nuklir maju yang bertanggung jawab”.

Pakistan

Setelah India melakukan uji coba nuklir terakhirnya pada 1998, Pakistan melakukan uji coba nuklir yang sama di Chagai Hills, hanya beberapa hari setelah uji coba India. Kenyataannya, uji coba itu merupakan respon Pakistan terhadap pengembangan nuklir India.

Perdana Menteri Pakistan, Zulfiqar Ali Bhutto, menyatakan, “Jika India membuat bom, kita akan makan rumput dan daun selama ribuan tahun. Tetapi sekarang kita juga memiliki bom. Yahudi membuat bom, kaum Kristen membuat bom, kenapa umat Muslim tidak boleh memilikinya juga?

Sebenarnya, pengembangan nuklir Pakistan telah dimulai pada 1956, namun program itu terhenti ketika Presiden Ayub Khan memaksakan hukum darurat perang yang pertama.

Pada waktu itu, para teknisi nuklir telah meyakinkan presiden untuk memberikan izin melanjutkan program bom tersebut, namun presiden Ayub Khan menolaknya. Presiden Ayub Khan mengatakan bahwa Pakistan tidak memerlukan bom.

Tapi bukan berarti Pakistan kemudian benar-benar tidak membuat bom nuklir. Pada akhir 1970-an, negara itu secara diam-diam mulai melakukan pengembangan senjata nuklir dan secara rahasia membangun fasilitas nuklir di bawah tanah dekat ibu kota Islamabad.

Beberapa sumber menyatakan Pakistan telah memiliki kemampuan senjata nuklir pada akhir 1980-an. Pernyataan yang semula terkesan spekulatif itu kemudian terbukti ketika Pakistan melakukan uji coba nuklir pertamanya pada 1998. Saat ini, Pakistan diperkirakan memiliki 70-90 bom nuklir.

Korea Utara

Semula, Korea Utara termasuk anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir yang menyetujui untuk tidak mengembangkan senjata nuklir. Tetapi negara itu menarik diri dari kenaggotaan pada 10 Januari 2003.

Pada Februari 2005, Korea Utara menyatakan telah memiliki sejumlah senjata nuklir aktif, meski pernyataan itu diragukan sejumlah negara, karena Korea Utara tampak kurang dalam melakukan uji coba.

Pada Oktober 2006, Korea Utara melakukan sejumlah uji coba nuklir sebagai konfirmasi atas status kepemilikan nuklirnya. Kemudian, pada 9 Oktober 2006, Korea Utara kembali melakukan uji coba nuklir yang mereka nyatakan sukses.

Para pejabat intelijen AS kurang mempercayai klaim Korea Utara dalam hal persenjataan nuklir mereka, termasuk dalam uji coba yang dilakukan Korea Utara. Hal itu dilatarbelakangi oleh keberadaan isotop radioaktif oleh angkatan udara AS, dan karena daya ledak nuklir Korea Utara yang hanya diperkirakan sebesar 1 kilo ton. Meski begitu, Korea Utara diperkirakan memiliki persediaan bom nuklir sedikitnya 10 buah.

Israel

Israel tidak termasuk anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir, dan menolak untuk mengonfirmasi atau menyangkal memiliki senjata nuklir, atau mengembangkan program senjata nuklir. Meski begitu, Israel memiliki Pusat Riset Nuklir di daerah Negev dekat Dimona, yang dicurigai sebagai tempat pengembangan persenjataan nuklir. Meski pemerintah Israel menyatakan bahwa tempat itu hanyalah “reaktor penelitian”, namun tidak ada hasil pekerjaan ilmuwan yang bekerja di sana yang dipublikasikan.

Informasi mengenai program yang ada di Dimona tersebut dibocorkan oleh teknisi Mordechai Vanunu pada 1986. Analisis gambar mengidentifikasi bunker senjata, peluncur misil bergerak, dan situs peluncuran pada foto satelit.

Badan Tenaga Atom Internasional mempercayai Israel memiliki senjata nuklir, bahkan diperkirakan telah melakukan uji coba nuklir dengan Afrika Selatan pada 1979, meski hal itu tidak dikonfirmasi. Menurut Natural Resources Defense Council dan Federasi Ilmuwan Amerika, Israel memiliki sekitar 75-200 senjata.

Jika perkiraan resmi menyatakan bahwa Israel “hanya” memiliki 75-200 senjata nuklir, ada banyak perkiraan tidak resmi yang menyatakan bahwa Isarel sebenarnya memiliki persediaan senjata nuklir hingga 400 buah.

Tidak hanya diyakini memiliki senjata nuklir, Israel juga mampu menembakkannya menggunakan misil balistik antarbenua, pesawat tempur, dan angkatan laut. Namun perlakuan negara lain terhadapnya seperti bukan sebagai negara nuklir. Negara-negara Eropa, termasuk Inggris dan Prancis, bahkan membantu Israel dalam mengembangkan nuklir.

Iran

Di antara negara-negara lain yang secara jelas dan terbuka mengakui kepemilikan senjata nuklir, Iran termasuk negara yang tidak jelas. Dalam pernyataan resmi, Iran menyatakan bahwa mereka tidak mengembangan dan tidak memiliki senjata nuklir.

Iran juga tidak pernah diketahui melakukan uji coba nuklir, sebagai bukti bahwa negara itu memang tidak memiliki senjata nuklir. Tetapi, beberapa negara lain mencurigai Iran sebenarnya memiliki sejumlah senjata nuklir.

Iran memiliki fasilitas pengayaan uranium di Isfahan, yang dicurigai menjadi tempat program rahasia dalam pengembangan senjata nuklir.

Tetapi, meski banyak pihak menuduh Iran mengembangkan bahkan telah memiliki persenjataan nuklir, pemerintah Iran selalu menjawab bahwa pengembangan nuklir yang mereka lakukan hanya ditujukan untuk teknologi dan sumber energi. Ketidakpastian itu menjadikan negara-negara barat khawatir, karena bisa jadi Iran sebenarnya memiliki senjata nuklir dalam jumlah besar.

Sebenarnya, Iran telah menandatangani Perjanjian Nonproliferasi Nuklir, dan menyatakan ketertarikan mereka dalam teknologi nuklir, termasuk pengayaan nuklir untuk tujuan damai (sebuah hak yang dijamin dalam perjanjian).

Tetapi, CIA (dinas rahasia AS) dan beberapa negara barat mencurigai bahwa hal tersebut hanya untuk menutupi program pengembangan senjata nuklir yang dilakukan Iran secara rahasia.

Selain itu, mantan Menteri Luar Negeri Iran, Kamal Kharrazi, juga pernah secara tegas menyatakan ambisi negaranya dalam teknologi nuklir. Ia berkata, “Iran akan mengembangkan kemampuan tenaga nuklir, dan hal itu harus diakui oleh perjanjian.”

Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) kemudian melaporkan Iran ke Dewan Keamanan PBB pada 4 Februari 2006 sebagai respon atas kekhawatiran negara-negara barat mengenai program nuklir Iran. Pada 11 April 2006, presiden Iran mengumumkan bahwa Iran telah berhasil melakukan pengayaan uranium untuk digunakan dalam reaktor.

Pada 22 April 2006, delegasi Iran untuk badan pengawasan nuklir PBB menyatakan bahwa Iran telah mencapai persetujuan awal dengan Kremlin untuk membentuk sebuah kerjasama dalam pengayaan uranium bersama di wilayah Rusia.

Arab Saudi

Sama seperti Iran, Arab Saudi juga termasuk negara yang dikhawatirkan memiliki persenjataan nuklir, namun secara resmi menyangkal kepemilikan nuklir oleh negaranya. Kecurigaan mengenai kepemilikan nuklir oleh Arab Saudi dimulai pada tahun 2003.

Pada 2003, karena hubungan yang dinilai memburuk dengan Amerika Serikat, anggota pemerintahan Arab Saudi menyatakan bahwa negaranya terpaksa mempertimbangkan untuk mengembangkan senjata nuklir. Tetapi, sejak itu, mereka juga berkali-kali menyangkal telah memulai pengembangan senjata nuklir di Arab Saudi.

Desas-desus di antara beberapa negara menyatakan bahwa Pakistan telah mengirim sejumlah senjata nuklir ke Arab Saudi, meski hal ini tidak dapat dikonfirmasikan. Pada Maret 2006, sebuah majalah Jerman, Cicero, melaporkan bahwa Arab Saudi telah menerima bantuan dari Pakistan untuk mengembangkan rudal nuklir sejak 2003.

Foto satelit memperlihatkan sebuah kota bawah tanah di ibu kota Riyadh, yang tampaknya digunakan untuk menyembunyikan pengembangan nuklir. Sementara itu, Pakistan menyangkal telah membantu Arab Saudi dalam hal pengembangan nuklir.

Hmm… ada yang mau menambahkan?

Related

Iptek 4670584116253939140

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item