Kapan Terjadinya Kerusuhan Sepak Bola di Peru?

Kapan Terjadinya Kerusuhan Sepak Bola di Peru? Belajar Sampai Mati, belajarsampaimati.com, hoeda manis
Ilustrasi/republika.co.id
Kerusuhan sepak bola di Peru terjadi pada 24 Mei 1964.

Pada waktu itu, sekitar 45.000 penonton memadati stadion Lima, Peru, menyaksikan pertandingan sepak bola antara kesebelasan Peru dengan kesebelasan Argentina. Sebagian besar penonton di stadion itu berasal dari Peru. Ketika waktu pertandingan tinggal dua menit, Argentina unggul satu-kosong. Detik-detik akhir pertandingan itu dinantikan para penonton Peru dengan gelisah dan harap-harap cemas.

Harapan mereka terkabul ketika pemain terbaik Peru, Carlos Lobatón, menendang bola dan menyarangkan gol ke gawang kesebelasan Argentina, sehingga skor pun berimbang. Ribuan penonton pun bersorak-sorai, dan berharap akan ada perpanjangan waktu.

Namun kemudian sang wasit, R. Angel Pazos, dari Uruguay, membatalkan gol dari Peru dengan alasan tim Peru melakukan pelanggaran. Keputusan itu segera menciptakan kemarahan penonton. Mereka berteriak, menghentakkan kaki, dan mengolok-olok si wasit. Puncaknya, Matia Rojas, seorang maniak bola Peru yang terkenal beringas, turun ke lapangan dan menyerang wasit.

Melihat Rojas memukul wasit, seketika 40 perwira polisi dan dua ekor anjing mengepung Rojas, memukulinya, dan kemudian menyeret lelaki itu untuk ditahan. Peristiwa itulah yang lalu meledakkan amarah para penonton yang ada di kursi stadion, dan seketika kerusuhan mengerikan terjadi. Ribuan orang itu merangsek ke arah lapangan, sebagian yang lain menyalakan api, dan stadion seketika berubah menjadi arena kerusuhan.

Para polisi, yang jumlahnya jauh lebih sedikit, melawan kerusuhan itu dengan menembakkan gas air mata ke arah penonton dan menembakkan pistol ke arah orang-orang yang dicurigai sebagai provokator.

Namun langkah polisi itu menjadikan kepanikan semakin menjadi-jadi. Penonton semakin berdesak-desakan ke arah pintu keluar, sehingga ratusan orang pun tergencet dan terinjak-injak—sebagian anak-anak. Sebanyak 318 orang tewas, dan sekitar 500 orang lainnya luka-luka.

Ribuan orang yang tidak puas itu kemudian berkonvoi di jalan, menuju tempat tinggal presiden Peru, Fernando Belaunde, untuk menuntut agar pertandingan tadi dinyatakan seri. Orang-orang terus mengamuk di wilayah kota Lima hingga sepanjang malam dan keesokan harinya, hingga pemerintah Peru mengumumkan keadaan darurat bagi seluruh negeri.

Selain itu, pemerintah juga menetapkan waktu berkabung resmi selama seminggu bagi korban yang meninggal dalam kerusuhan itu.

Kerusuhan sepak bola di Lima, Peru, sampai sekarang dianggap sebagai kerusuhan terburuk sepanjang sejarah sepak bola.

Hmm... ada yang mau menambahkan?

Related

Sejarah 1482598940429946959

Posting Komentar

emo-but-icon

Recent

Banyak Dibaca

item